Sudah lama kita tak mendengar elemen musik tradisional dalam musik pop, tidak sampai kita mendengar “3 Kata” dari Deasy Natalina.
Ada beragam jenis dan karakter musik pop yang hadir dalam industri musik kita sepanjang sejarah perjalanan musik populer di tanah air ini. Dari era ke era, semua punya kekhasan dan tempatnya masing-masing di hati penikmat musik tanah air. Banyak dari pelaku seni, dari musisi dan penyanyi yang melakukan beragam inovasi tertentu untuk membuat suatu karya musik yang beda dari yang lain. Salah satunya adalah dengan meramu musik pop dengan unsur-unsur tradisional.
Kita mengenal Guruh Soekarno Putra dengan mahakarya musik pop luar biasanya yang berasal dari alunan melodi apik dari pulau Dewata, kemudian ada Karimata Band, grup jazz yang kerap memasukkan musik etnik, dari Bali sampai Padang dalam karya-karyanya. Simak Dialog, band jazz tanah air yang juga sukses membawa alunan musik tradisional indonesia sampai ke mancanegara. Jangan lupakan pula Saras Dewi, penyanyi asal Bali yang tak lupa akan akar musikalnya, juga termasuk musisi-musisi Bali seperti Dewa Budjana dan Balawan, yang bangga akan akar musikal mereka.
Cerita dan pengembaraan mereka kurang lebih sama dengan apa yang dialami sosok penyanyi Deasy Natalina, seorang penyanyi debutan baru di Industri musik tanah air, namun punya segudang pengalaman dan prestasi yang tersimpan dan layak untuk disimak. Ketertarikannya dengan musik dan dunia sejak kecil membuat Deasy Natalina tumbuh dan berkembang menjadi penyanyi yang luar biasa. Sekolah Dasar adalah awal pertama wanita berdarah batak ini menekuni seni musik dan tarik suara.
“Selalu melakukan yang terbaik,” ujarnya tentang motto yang selalu dipegangnya. Motto ini lah yang membuat penyanyi yang menyukai warna putih ini memiliki vokal yang mumpuni dan hasilnya, acapkali diundang di berbagai event yang diadakan instansi pemerintahan dan lainnya.
Lebih dari itu, wanita pengagum Celine Dion, Krisdayanti dan Vina Panduwinata ini juga kerap kali diminta tampil dalam acara-acara pertukaran kebudayaan yang diadakan di luar negeri. Tercatat dari tahun 2002, dirinya sudah bernyanyi di beberapa negara, mulai dari Malaysia, Singapura, Taipeh, St.Petersburg, Moscow, Sofia, Plodiv hingga Melbourne.
“Pengalaman bernyanyi di luar negeri adalah pengalaman yang mengesankan, terutama bisa melihat berbagai perbedaan kultur budaya yang berbeda.” ujarnya.
Dari panggung ke rekaman.
Berbekal pengalaman panggung ini lah yang akhirnya membuat Deasy memberanikan diri untuk masuk ke dapur rekaman dan merilis single debutnya “First Love”. Single yang diciptakan Ade Govinda ini sempat wara-wiri di stasiun radio di seluruh nusantara ketika dirilis awal November tahun lalu.
Pengalaman melanglang buana bernyanyi di berbagai negara, ternyata berimbas kepada kecintaannya kepada budaya Indonesia. Pada satu kunjungan promonya ke Bali, Deasy sendiri sempat belajar musik serta tarian tradisional pulau dewata itu. “Saking terpesonanya dengan musik serta tarian Bali, saya berkunjung khusus ke ISI [Istitut Kesenian Bali] untuk bertanya dan belajar musik serta tarian Bali,” kenangnya. “Dengan mendalami tarian dan musik Bali mudah-mudahan bisa menyempurnakan hasil karya saya,” ujarnya.
Perjalanan eksplorasi musikalnya di pulau Dewata akhirnya menjadi bekal berarti yang kemudian dituangkannya di single barunya bertajuk “3 Kata”.
Lagu yang ditulis oleh Rayen Pono ini awalnya adalah sebuah lagu pop biasa namun oleh Deasy ditambahkan sesuatu yang lebih menunjukkan karakternya.
Dirilis di bawah label Seven Music, single “3 Kata” dari Deasy Natalina merupakan perpaduan 3 elemen yang selaras: Musik pop yang mumpuni, vokal yang sempurna, serta padu padan antara elemen melodi gamelan khas Bali serta beat-beat dari tabla khas India, yang menjadikan lagu ini adalah sebuah perjalanan musikal nan eksotis yang pastinya menyenangkan untuk disimak.
Menyimak single “3 Kata”, di awal lagu, sekilas jika didengarkan mungkin akan terdengar seperti musik pop pada umumnya. Namun jika disimak lebih dalam, kita akan menemukan unsur uniknya. Seperti suara tabla yang sudah masuk sejak intro, serta suara melodi gamelan Bali pada bagian tengah lagu.
Sudah lama kita tak mendengar kemasan musik pop seperti ini yang mengilas balik ingatan kita akan karya-karya agung Guruh Soekarno Putra lewat lagu-lagu macam “Lenggang Puspita”, “Damai” atau “Smaradana”.
“Saya menemukan unsur-unsur musik tradisional itu menarik untuk digali lebih dalam lagi, dan sepanjang dari perjalanan saya bernyanyi ke luar negri bernyanyi nyanyian tradisional, lagu-lagu ini lah yang akhirnya mengundang atensi dan apresiasi lebih dari penonton di sana,” ungkap Deasy tentang ketertarikannya dengan musik tradisional Indonesia.
Selain terhadap musik, ternyata wanita yang bersuara unik layaknya Vina Panduwinata ini juga punya rasa empati yang tinggi. Di lawatannya ke Bali, Ia pernah memberikan bantuan sosial kepada orang-orang jompo di Panti Tresna Werda di Ketewek, Kabupaten Gianyar. Sebuah bukti bagi seorang wanita Indonesia yang dikenal karena keramahan-tamahannya.
Deasy sendiri berharap lagu ini bisa diterima dengan baik di masyarakat musik Indonesia. Sadar akan eksistensinya dalam arena industri musik tanah air, Deasy sendiri selalu berpegang kepada prinsipnya, yaitu selalu melakukan yang terbaik.
“Satu hal yang aku percaya, berusaha melakukan yang terbaik, karena apa yang kita tabur, itu yang akan dituai, “ ujar Deasy.
Semoga single “3 Kata” dari Deasy bisa memberikan warna yang berarti bagi kanvas musik tanah air.
MORE ABOUT DEASY:
Website : http://deasynatalina.com/
Twitter: @deasy_natalina
Facebook: deasy.natalinasitorus