Pasar Kaget Macetkan Jalan Aroepala

Entah kapan mulainya. Tapi seingat penulis, kondisi ini sudah berlangsung beberapa bulan lalu. Puncaknya tentu saja pada saat memasuki bulan Ramadhan. Terutama sore hari menjelang jam pulang kantor dan saat menjelang berbuka puasa. Di sepanjang tepi jalan Aroepala kita bisa melihat deretan lapak pedagang kaki lima (PK5). Mulai penjual sayur, penjual ikan, penjual telur, penjual takjil buka puasa, penjual buah, sampai penjual pakaian bekas (cakar) dan permadani.

Jalan Aroepala (d/h Hertasning Baru) kini tergolong jalan utama yang menghubungkan kota Makassar dengan kabupaten Gowa. Meskipun sebelumnya jalan ini diharapkan menjadi jalan alternatif untuk mengurangi kemacetan di jalan Sultan Alauddin.

Perkembangan selanjutnya adalah jalan ini malah semakin ramai. Masyarakat Makassar yang pindah ke perumahan-perumahan baru yang ada di kabupaten Gowa menjadikan jalan ini sebagai akses jika berangkat dan pulang kerja di Makassar. Bukan hanya itu. Kendaraan berat seperti truk pengangkut bahan bangunan dan molen beton pun ikut meramaikan jalan ini bersama konvoi sepeda motor yang selalu menyalip kanan kiri. Untungnya belum ada angkot yang lewat di sini.

Peningkatan arus kendaraan di jalan Aroepala memang belum sepanjang hari. Hanya pada saat-saat tertentu ketika jam sibuk. Akan tetapi, kondisi ini berubah ketika sejumlah pedagang kaki lima (PK5) mulai membuka lapak di lahan kosong tepi jalan ini. Mereka ada yang membangun tempat berjualan semi permanen, tapi ada juga yang hanya memasang tenda ketika berjualan. Mereka yang berjualan di atas mobil malah memarkir mobilnya di badan jalan.

Bisa dibayangkan betapa macetnya. Jalan yang lebarnya sekitar 12 meter itu akhirnya menyempit. Kendaraan hanya bisa bersisian dua mobil ditambah sedikit jalur sepeda motor. Selebihnya dipakai untuk parkir kendaraan pedagang kaki lima, parkir pengunjung dan tempat orang-orang bergerombol.

Jika dibiarkan keadaan ini mungkin akan terus berlanjut. Karena semakin banyak saja PK5 yang membuka lapak di tepi jalan ini. Entah apakah Pemerintah Kota Makassar tidak memperdulikannya sehingga membiarkan PK5 menjamur. Atau mungkin karena Walikota sedang sibuk kampanye Pilgub? Wallahualam.

Share Button