Sebuah Penelusuran Eksploratif tentang Asal Usul Keluarga dan Perjalanan Mood dalam sebuah Album
Dalam perjalanan bermusiknya yang sudah berlangsung selama hampir 10 tahun, Grace Sahertian banyak dihadapkan pada situasi dimana ia harus memilih. Memilih antara meredam ego, mengutamakan kepentingan orang lain, bahkan mengalah pada situasi. Namun ada satu titik dimana Grace tersadar bahwa untuk mewujudkan mimpinya, Grace mempunyai wewenang penuh untuk mendengarkan kata hatinya, tidak membatasi diri untuk menuangkan apa yang sedang berlalu-lalang dalam pikirannya dan untuk menikmati semua jenis rasa di dalam dirinya. Dengan terwujudnya album HELA, akhirnya Grace telah mencapai “kebebasan”-nya dalam hal berkesenian. Kebebasan berekspresi, kebebasan mengaktualisasi diri, kebebasan berkarya dan kebebasan menelusuri jejak sejarah keluarganya.
Grace Sahertian memulai karirnya sebagai vokalis dari swing-pop band Palm From Moodytunes sejak 2006 sampai 2009. Setahun kemudian ia membuat proyek duo, Grace & Tesla yang berbuah satu EP dengan nuansa world music yang kental. Di tahun yang sama Grace bergabung dengan grup neo-soul Circle O’Fifth dengan rekaman dua lagu. Salah satunya Honestunes sempat menduduki top chart indie Bandung. Lantas Grace bergabung dengan band bentukan Benny Likumahuwa, Margo Rising Stars. Ia tampil rutin di Java Jazz Festival dari tahun 2008 sampai 2014, bermain bersama Benny Likumahuwa Jazz Connection di Ambon Jazz Festival dan lama aktif dalam pelayanan gereja bersama Venche Manuhutu (guitar) dan David Manuhutu (piano). Meski ia memutuskan untuk mulai bersolo karier di tahun 2011, ia masih menyempatkan untuk ambil bagian dalam beberapa album rekan-rekannya. Sebut saja saat mengisi vokal dalam satu lagu milik band The Milo, berkolaborasi dengan DJ Andezzz yang dimuat di album Electric Lov3 dan bersama Starlite pada lagu “Menanti dan Mengharap”, rilis 2014. Di tahun ini pula Grace mendapat kehormatan untuk berkolaborasi dengan legenda hidup Iwan Fals dalam Konser Suara Untuk Negeri.
Selain bermusik, Grace juga pernah aktif sebagai fiber artist. Kegiatan seni serat sedikit banyak mempengaruhi langkahnya dalam bermusik. Ia menjadi artis yang peduli detail, menganggap penting sebuah proses, punya imajinasi luas dan tahu bagaimana mengekspresikan isi hatinya menjadi sebuah karya. Itulah sebabnya karya-karya Grace hadir sebagai muara dari sebuah proses panjang dengan kedalaman yang bisa mengantarkan pendengarnya untuk mengenal bukan saja who she is as a person, tapi juga apa isi hati dan pikirannya. Kurun waktu 2013 sampai 2014 dipakai untuk mencari identitas musik dan menciptakan lagu, dan akhirnya setelah 3 tahun, album perdananya yang berjudul “HELA” pun lahir.
Sebuah album bisa mengandung sejumlah kisah di baliknya. Album ini berisi 8 lagu yang menggambarkan sisi ‘fragile‘ dari seorang Grace, bercerita tentang kesedihan, kemarahan, keputuasaan, perenungan sampai akhirnya ia sampai pada satu titik dimana ia harus berdiri tegak dan terus maju. Sebagai seorang artis, ia mempergunakan mood board, sebuah board dengan serangkaian image yang menjadi acuan dalam setiap lagu yang ia ciptakan. “Bisa dibilang musik saya di album ini lebih progresif, eksploratif dan bercerita. Musik dalam tiap lagu merupakan ilustrasi dari cerita yang terkandung di dalamnya, dan dalam satu lagu bisa terdapat beberapa part berbeda yang menggambarkan mood dari liriknya.” Ujar Grace. Adapun tracklist dalam album HELA adalah sebagai berikut: Hela, Freedom, Better To Love, Picture Me, Fallin’, Da Di De, Diam dan Sun Of Hope.
Satu hal lainnya yang membuat album ini semakin menarik adalah, disamping bercerita tentang kisah hidup Grace, album ini juga merupakan media untuk “tracing back the roots“. Lewat album ini Grace menelusuri kembali sejarah panjang familienam-nya, yaitu Sahertian yang berasal dari Negeri Porto yang terletak di Provinsi Maluku, Kecamatan Saparua.
Begitu seriusnya Grace menggali sejarah leluhurnya, ia bahkan menulis lirik title track Hela menggunakan bahasa Yamdena, Maluku Tenggara Barat, yang sudah berusia lebih dari 200 tahun dan saat ini hampir punah.
Proses rekaman hingga tahap mixing dan mastering memakan waktu sekitar 3 bulan. Bertindak sebagai Produser adalah Tesla Manaf, gitaris muda asal Bandung yang saat ini tengah go international lewat label dari Amerika Serikat, MoonJune Records. Grace juga dibantu oleh Ari Renaldi dalam proses mixing dan mastering serta rekan-rekan musisi seperti Iwan Popo (keys), Rudy Zulkarnaen (bass), Topan Abimanyu dan Ginda Bestari (guitar), Edward Manurung dan Desal Sembada (drums), Brury Effendi (trumpet), Bejo (cello), Hulhul (saluang) dan Zaki Peniti (chant). Untuk vokal latar, Grace dibantu oleh Theoresia Rumthe, Eka Karya, Ayub Jonn, Puspallia Panggabean dan Johanes Fayakun.
Lagu “Better To Love” dipilih sebagai carrier single untuk album debut Grace Sahertian. Lagu yang ditulis sekitar 2 tahun yang lalu ini menceritakan fragmen dari masa pencarian Grace dalam proses berkaryanya. “Ketika saya hanya fokus pada diri saya sendiri, itu tidak akan membawa saya kemana-mana. Seolah-olah keadaan tidak berpihak kepada saya. Namun pada satu titik saya tersadar dan berusaha untuk keluar dari zona nyaman saya. Saya mulai melihat betapa banyak hal di sekitar saya yang perlu untuk disyukuri. “It is the loving heart gives without holding back, that awakes my soul and gets me to reach for more.” Kalimat itulah yang menjadi pegangan untuk apapun yang akan terjadi di depan.”
Proses pembentukan karakter selesai, penantian panjang pun usai. Album “HELA” merefleksikan sisi rapuh seorang Grace Sahertian dan lukisan dari sebuah pencarian asal usul keluarga hadir sekaligus menjadi tonggak awal yang baru bagi karirnya. Beragam warna yang disajikan akan membawa pendengarnya bertualang dari satu rasa ke rasa yang lain dengan kedalaman eksplorasi dan progresi yang matang dan disajikan secara puitis. Sebuah album multi-colour yang artistik yang sungguh sayang untuk dilewatkan.(Riandy Kurniawan)
Better To Love
Song: Grace Sahertian
Lyric: Grace Sahertian, AloysiaLita
Producer: Tesla Manaf
Organ and Piano: Iwan Popo
Electric Bass: Rudy Zulkarnaen
Drums: Edward Manurung
Horns: Brury Effendi
Guitar: TopanAbimanyu
Lyric:
Verse 1.
When the light knocks on my door
I got a feeling that it’ll be like
It’ll be like just another day
Can’t put away these Monday morning blues
Though there is nothing to good to be true
Verse 2.
But here it comes that warm tingly feeling
Makes me smiling from ear to ear
Thinking bout the things I’ve been searching for It is the loving heart gives without holding back
That awakes my soul and gets me to reach for more
Reff.
It’s better to love, love love purely
It’s better to love, love love fully
It’s better to love, love love wholly
It’s better to love, love completely
Verse 3.
When I see myself in the mirror
My heart is pounding so hard and loud
Finding out the things I’ve been searching for
It is the loving heart gives without holding back
That awakes my soul and gets me to reach for more
Bridge.
The warmth of your smile, can brighten my day, dance your heart out
The joy of giving, will bring good cheer, sing together