“Karena berita juga buat kita-kita”. Inilah slogan yang sudah sangat akrab di telinga para pendengar acara “Teen Voice” Radio KBR68H Jakarta. Sebuah program yang dibuat khusus untuk pendengar anak dan remajaIndonesia.
Program Teen Voice hadir didasari karena media saat ini dirasa sangat kurang memberikan tempat pada anak dan remaja, terutama dalam pemberitaan. Jangankan berita, untuk acara hiburan musik pun media kita sudah jarang memperdengarkan lagu untuk anak-anak. Program acara anak dan remaja juga jarang. Apalagi program berita yang bahasanya dapat mereka pahami, sama sekali tidak ada.
“Tak heran jika saat ini remaja dan anak-anak kita selalu mendendangkan lagu-lagu orang dewasa, menyaksikan Infotaiment, atau menyaksikan tontonan yang belum layak dikonsumsinya,” kata Vivi Zabkie, wartawan Radio KBR68H Jakarta.
Vivi hadir selaku trainer pada pelatihan Jurnalistik Remaja yang berlangsung selama tiga hari (14-16/11/11) di Baji Gau Guest House Makassar. Pelatihan ini merupakan prakarsa Radio KBR68H Jakarta , bekerja sama dengan Radio SPFM Makassar. Komitmen pelatihan ini adalah memberikan ruang kepada anak dan remaja dalam pemberitaan yang dapat memberikan pembelajaran yang baik bagi generasi bangsa.
Wartawan remaja yang mengikuti pelatihan ini terdiri dari pelajar SMP dan SMA se Makassar. Mereka di antaranya adalah Hengky Chandra (SMA Kristen), Amelia Azzahrah Syarifah A. (SMK Nurul Qalam), Inas Nasihah (SMKN 4), Ratna Wati (SMK YPLP PGRI 1), Lasmi Nurul Suci (SMK YPLP PGRI 1), Mulia Anggraeni (SMPN 24), Regina Novita Sari (SMA Handayani), St. Alhikmah Syahfitri (SMPN 18), Nursamsu (SMPN18).
Bagaimana menjadi wartawan remaja itu?
Ternyata menjadi wartawan remaja bisa dibilang gampang-gampang susah, Perbendaharaan kata yang masih kurang serta rasa malu untuk memberikan komentar kerap kali menjadi tantangan berat seorang wartawan remaja. Terutama ketika menwawancarai narasumber.
“Menjadi wartawan remaja bisa dikata gampang-gampang susah. Apalagi yang mau diwawancarai itu anak-anak atau remaja. Mereka kadang malu-malu, diam, bahkan ada yang lari sampai nangis ketika ditanya,” ujar Vivi.
Sedangkan jika narasumbernya itu orang dewasa, pejabat atau politisi, mereka terkadang memberikan komentar yang sangat sulit untuk dipahami oleh anak anak. Biasanya dalam berkomentar lupa menanggalkan bahasa ilmiahnya.
“Mereka biasanya lupa saat ditanyai. Makanya tugas kita adalah meminta narasumber untuk menjelaskan kata-kata yang sulit untuk kita pahami. Selain itu bisa juga memberitahukannya di awal sebelum wawancara. Agar si narasumber memberikan penjelasan yang mudah dipahami oleh pendengar kita nantinya,” jelas Vivi lagi.
Materi yang diberikan dalam pelatihan wartawan remaja ini sama seperti materi pelatihan wartawan professional. Mereka dilatih mencari, mengumpulkan, mengolah/memproduksi, dan menyajikan berita. Hanya saja metode penyampaiannya mudah dicerna oleh para peserta karena disampaikan dalam bentuk games dan bahasa yang sangat sederhana.
Selamat menjadi wartawan remaja!
Semoga berita untuk anak-anak dan remaja akan banyak terbit dari Makassar untuk mencerdaskan anak Indonesia.