“Berdasarkan hasil survei Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dari 4.500 sekolah di Indonesia ada 45 persen jajanan yang dijual di sekitar sekolah tercemar bahaya mikrobiologis dan bahan kimia”.
Membatasi anak untuk tidak jajan disekolah atau di luar rumah memang sangat sulit. Namun, bijaksananya seorang ibu haruslah berupaya untuk mengurangi jajanan anak. Misalnya dengan cara menyiapkan makanan atau bekal sebelum berangkat sekolah.
Sebaiknya menu dalam bekalnya itu adalah hasil dari perbincangan anak dan ibunya. Ini penting agar bekal itu membuat si anak jadi berselera untuk memakannya. Hal ini diungkapkan oleh Psikolog Widyastuti, SPsi, MSi di acara Kasih Ibu Radio SPFM Makassar, Selasa (13/09/11).
“Memberi jajan pada anak boleh-boleh saja asal selalu diingingatkan untuk selalu menabung. Nah, itu juga melatih si anak untuk menahan diri dari keinginannya. Karena tidak selalu apa yang dimintanya bisa orang tua penuhi,” jelas Widy.
Memiliki teman-teman yang selalu membawa uang jajan ke sekolah, memang sangat mempengaruhi si anak untuk senantiasa ikut serta. Jika ibu-ibu sadar akan kesehatan si anak, membuat makanan atau kue tradisional tanpa bahan pengawet atau bahan kimia, jauh lebih baik dan sehat tentunya.
Menurut Widyadtuti, orang tua harus memeriksa makanan apa saja yang dijajakan di kantin sekolah si anak. Sempatkan melongok ke kantin sekolah saat menunggu si anak pulang atau waktu mengantarkannya. “Mengetahui apa saja jajanan yang disajikan di kantin sekolah tentu sangat penting untuk orang tua. Dengan begitu orang tua akan tahu apakah makanan di kantin tersebut baik atau tidak di konsumsi oleh anaknya,” ujarnya.
Widyastuti menambahkan, mengajarkan si anak untuk membagi uang saku yang diberikan sangatlah penting. Misalnya sebagian digunakan untuk jajan dan sebagian lagi untuk ditabung. “Sejak dini sebaiknya si anak harus diajar menyisihkan sebagian uang jajannya untuk ditabung. Penting juga kiranya si anak diajak ke bank. Agar ia bisa merasakan langsung suasana di tempat menabung,” kuncinya.